Saturday, May 02, 2009

TIPS BINA GEMAR MEMBACA
Oleh A. Ariobimo Nusantara

Persoalan meningkatkan gemar membaca barangkali sudah menjadi topik yang selalu diulang-ulang setiap kali ada kegiatan perbukuan. Bisa jadi ada di antara kita yang sudah “putus asa” menghadapi persoalan ini. Alhasil, kata-kata “Meningkatkan Gemar Membaca” pun dirasa sekadar slogan, basa-basi belaka yang hasilnya sukar teraba.

Benar memang. Membiasakan gemar membaca (di Indonesia) bukan masalah enteng. Konon, ada yang menyebut bahwa hal ini merupakan indikasi kuat bahwa tradisi lisan teramat melekat erat di masyarakat. Buktinya, orang lebih senang menghabiskan waktu dengan mengobral obrol; lebih betah memelototi televisi atau memeluk radio berjam-jam lamanya ketimbang membaca; pertunjukan musik, layar tancap, arisan dan seminar lebih mudah menarik massa daripada pameran buku.

Dari sini, semakin kentaralah bahwa perubahan drastis ke arh masyarakat gemar membaca masih membutuhkan waktu panjang. Namun, bukan berarti kondisi ke arah itu tidak bisa diciptakan. Salah satunya ialah dengan sedini mungkin mendekatkan anak dengan buku. Mengutip pendapat Prof. Janine Despinette, seorang ahli dan kritikus buku anak asal Prancis, bahwa sejak usia dini anak juga perlu belajar mendengarkan cerita yang dibacakan orangtua atau guru mereka, sehingga mereka mampu menghargai apa yang ada dalam cerita itu.

Sayangnya, sekarang banyak orangtua sudah semakin sibuk untuk mengemban tugas ini. Sementara, anak belum siap dilepas sendiri mengupas buku-buku cerita. Lantas, usaha apa yang pantas dilakukan agar anak semakin berjabat erta dengan buku?

Banyak saran mengatakan alangkah baiknya jika orangtua bisa menyediakan waktunya untuk menemani anak dalam memilih bacaannya, bahkan kalau perlu ikut menyukai dan membacakannya. Dengan demikian, orangtua dapat mengarahkan dan menjelaskan kepada anaknya bacaan apa yang sesuai dengan usia dan tingkat pengetahuannya. Tetapi, bagaimana bila saran ini kurang mempan bagi bangsa yang terlanjur akrab dengan tradisi lisan?

Karen O’Connor, dalam buku How to Hook Your Kids on Books (diterbitkan Thomas Nelson Publisher: Neshville, 1995), mencoba menjawab masalah semacam itu. Ia mengulas berbagai teknik dan cara mendorong anak agar gemar membaca. Sistematika buku ini dibagi dalam tiga bab utama, yaitu mengenalkan buku (Introduce Book), mendorong minat baca (Encourage Reading), dan membantu pengayaan minat baca (Foster Reading Enrichment). Tiap-tiap bab membawahi beberapa kiat yang tidak saling mengikat.

Buku ini ternyata menyimpan segudang pengalaman dan kiat bina gemar membaca yang tidak pernah kita dengar sebelumnya.

Mendorong anak untuk gemar membaca pada dasarnya bermuara pada peran aktif orangtua. Seorang ibu yang sedang mengandung misalnya, tidak salah bila mulai suka membacakan cerita-cerita bagi janinnya. Setelah lahir, si bayi tetap dikondisikan dekat dengan buku. Caranya, sisipkanlah satu-dua buku (dimulai dari pictorial book) di antara mainannya. Begitu seterusnya, seturut perkembangan anak sampai akhirnya anak memiliki semacam koleksi pribadi.

Setelah anak lepas dari masa “balita”, orangtua dapat mendorong pengalaman perbukuan yang lebih serius. Ada beberapa cara: membacakan cerita menjelang tidur, membiasakan hadiah berupa buku, mengadakan semacam “arisan keluarga” dengan kegiatan utama membaca satu-dua buku cerita, atau mendiskusikan tema suatu buku. Gagasan yang cukup menarik adalah menggunakan buku untuk merencanakan kegiatan liburan. Misalnya, anak mempunyai bacaan tentang dinosaurus, tidak ada salahnya bila pada suatu kesempatan, mereka diajak mengunjungi museum biologi yang memiliki koleksi binatang purba.

Cara lain, mengadakan semacam studi wisata ke penerbit atau perpustakaan, memotivasi anak untuk terbiasa memberi santunan buku kepada anak terlantar. Atau, yang lebih serius, mendorong anak berbuat sosial dengan cara membacakan cerita bagi pasien anak-anak di rumah sakit.

Bagi anak remaja, O’Connor menyarankan agara orangtua mulai menugasi anak membuat satu narasi tentang keluarga, bisa tentang silsilah, acara liburan, menulis surat, atau membuat buku harian. Anak yang lebih tua diminta membacakan cerita bagi adik-adiknya, atau membuat synopsis dan anotasi dari suatu cerita.

Bagaimana jika anak tetap tidak mau akrab dengan buku? Gampang. Orangtua jangan selalu bersedia menjadi “ensiklopedi berjalan” yang mampu menjawab setiap pertanyaan anak. Sekali waktu arahkan anak untuk mencari jawab atas pertanyaannya lewat buku atau ensiklopedi.

Kiat-kiat jitu O’Connor boleh dikata khas Amerika, yakni memberi keleluasaan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya. Namun demikian, bukan berarti buku ini tidak cocok untuk kondisi Indonesia karena ada kiat-kiat yang bersifat universal; bisa diterima di mana saja.

Jadi, bila kita memang berniat mengembangkan minat baca pada anak, berikan dan ciptakan kesempatan seluas-luasnya bagi mereka untuk bergaul dengan bacaan.



[tulisan ini pernah dimuat dalam buku panduan pameran buku IKAPI 1995]

No comments: